Mengatasi Writer's Block
MATERI HARI KE 7
NARA SUMBER : Ditta Widya Utami,
S.Pd, Gr
MODERATOR
: Lely Suryani
Materi hari ketujuh
adalah Mengatasi Writer's Block yang akan disampaikan Narasumber
hebat Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr dengan moderator Lely Suryani.
Mari kita berkenalan
terelebih dahulu dengan Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr adalah salah
satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990.
Beliau sudah menghasilkan karya-karya bukunya yang
sudah banyak tercetak dan tersebar dimana-mana.
Mari kita mulai mencari cara mengatasinya dengan mengetahuinya terlebih dahulu apa maksud dari judul kita hari ini...
Apa itu Writer's block ?
Menurut Wikipedia, Writer's block adalah sebagai keadaan dimana saat penulis
kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk
tulisannya. Tanda-tanda yang dapat diketahui apakah kita terserang WB (writer's block) yaitu sulit fokus,
tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa
stres dan frustasi untuk menulis. Serangan ini bisa menimpa penulis pemula
maupun professional, Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh
masalah komitmen/kompetensi menulis.
Berapa lama WB bisa terjadi? Jawabannya, tergantung seberapa
cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi WB tersebut. Dengan kata lain, WB
bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. hal ini sesuai dengan keadaan dan tingkatan emosional atau yang biasa kita sebut dengan mood.
Bagaimana cara mengatasi writer's block ?
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui penyebabnya. Nah apa saja penyebab writer's block?
- Mencoba metode/ topic baru dalam menulis
- Stress
- Lelah fisik/ mental
- Terlalu perfeksionis
Selain dari keempat contoh penyebab WB diatas tadi, salah salu penyebab lainnya yaitu mencoba metode/topik baru dalam menulis. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang merasa bahwa ini adalah "topik baru" dalam bahan tulisan mereka? Maka, WB bisa saja datang kepada orang-orang yang masih asing dengan topik tulisannya. Karna penulis tidak menguasai topik baru yang dipilih tersebut.
Tapi, jika kemudian kita teguhkan komitmen, lalu mencari
bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk itu bisa segera kita hancurkan. Salah
satu solusi menghancurkan WB yaitu membaca referensi lain.
Misalnya, jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah.
Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang
berbeda. Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus
menulisnya. Karna tidak terbiasa membuat tulisan tersebut, jadi harus beradaptasi terlebih dahulu dan membutuhkan waktu lama.
Pada kasus ini, dengan mempelajari teknik/ metode dan banyak berlatih
menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB.
Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres dan Solusinya dalam
Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh Admin dan Himma (2019)
disebutkan bahwa stres adalah respon tubuh yang diakibatkan karena adanya
tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi
tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut, Baik stres, lelah
fisik maupun mental bisa juga menjadi sebab-sebab kita terserang WB.
Misal kita dituntut menyelesaikan tulisan untuk segera
dikirim. Ketika stres atau sedang tidak mood, bisa jadi kita malah kehilangan inspirasi untuk
melanjutkan menulis. Meski stres dan lelah fisik bisa menyebabkan WB,
sesungguhnya menulis pun bisa dijadikan salah satu cara healing terbaik.
Caranya bagaimana? Yaitu dengan metode jurnal meditasi, yaitu menulis bebas untuk mengungkapkan apa yang sedang kita rasakan, tanpa menghakimi semua perasaan yang kita tulis tersebut. Buat saja tulisan ekspresif, Curhat, Tentang segala yang dirasa atau yang dikeluhkan (jika ada), dsb. Jika sudah tenang, semoga kembali muncul inspirasi untuk melanjutkan menulis.
Terakhir, salah satu hal yang dapat menyebabkan WB adalah
terlalu perfeksionis.
Kita akan senang ketika tulisan yang kita ciptakan itu sesuai dengan apa yang kita mau, hasilnya pas dan sempurna. Tentu. akan tetapi hal seperti ini bisa jadi boomerang bagi penulis dan menjadi penyebab WB. Mengapa?
Karena ketika kita "sukses" menulis, yang dimana banyak orang yang melihat dan membaca atau buku kita jadi best seller.
Setelahnya, kita mungkin akan berpikir bagaimana caranya agar
tulisan kita yang akan datang bisa menarik banyak pembaca lagi? Bagaimana agar tulisan kita
banyak dikomentari lagi? Bagaimana agar tulisan kita menjadi
"sempurna".
Ketika hal ini terjadi, ada dua kemungkinan:
- Penulis tetap melaju dengan tulisannya.
- Penulis terserang WB dan mulai tersendat sendat menulisnya
Ingin menghasilkan yang terbaik itu perlu. Tapi, bila
terlalu perfeksionis kita harus mampu mengerem diri.
Bukankah segala sesuatu yg berlebih itu kurang baik?
Alih-alih menghasilkan tulisan, sikap kita yang terlalu
perfeksionis bisa jadi membuat kita malah terserang WB.
Kecepatan menulis kita berkurang, ide-ide terasa hilang,
sulit fokus setiap kali akan menulis, dsb.
Nah jika kita menganggap jumlah pembaca dan pemberi
komentar itu adalah bonus. Maka hal-hal yang buruk yang tidak kita inginkan dan hal-hal yang menghambat kita untuk menulis itu akan hilang dan tak akan sampai kepada kita.
Sing penting nulis.
Demikianlah resume ini dibuat semoga bermanfaat, dan saya ucapkan terima kasih atas diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan menulis buku ini, terima kasih kepada Narasumber Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr dan moderator bu Lely Suryani yang dengan sabar dan membimbing saya sebagai calon penulis pemula dan masih dalam taraf belajar.
Lengkap. Setuju, sing penting nulis. 😊
BalasHapusBagus bunda, hebat
BalasHapusLengkap 👍 Tetap semangat 💪
BalasHapusPokoke menulis 🍉
BalasHapusSemangat selalu buuu smoga sampai 30 resume ya buu
BalasHapusMantap jiwa.salam literasi
BalasHapus